Laman

Minggu, 06 Desember 2009

PENGOLAHAN SAMPAH UNTUK KOMPOS

































Fauzi Bowo Ingin Jakarta Bebas Sampah

Berita yang dilansir Media Indonesia, mengenai pernyataan - Pasangan Fauzi Bowo-Prijanto- Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang baru periode 2007-2012 tentang Jakarta Bebas Sampah, sungguh melegakan. Pelantikan pejabat tinggi Pemprov DKI tersebut itu sendiri dilakukan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto dalam rapat paripurna DPRD DKI.
Banyak kalangan berharap pasangan Fauzi Bowo membawa Jakarta ke arah lebih baik di segala bidang. "Saya ingin Jakarta bersih. Programnya kami sebut Bersih-bersih Jakarta (BBJ). Kalau lingkungan warga bersih, tentu nalar pikiran mereka menjadi jernih. Mereka dapat ikut berpartisipasi membangun Ibu Kota," kata Fauzi kepada Media Indonesia kemarin.

Program BBJ bertujuan menciptakan Jakarta bebas sampah. Untuk itu, Fauzi yang akrab dipanggil Foke itu akan mengunjungi berbagai wilayah melalui program Silaturahmi Minggu Pagi (SMP). Kunjungan ke lokasi berbeda tersebut dilakukan rutin untuk bersama masyarakat membersihkan sampah di permukiman. "Kami punya catatan atas masyarakat, RT, dan RW binaan yang mampu mengolah sampah sendiri. Jadi, mereka tidak mengandalkan Dinas Kebersihan DKI," ujar Fauzi.

***
Masyarakat sangat berharap jika Jakarta sebagai Ibu Kota Negara memang bisa menampilkan wajah pro-lingkungan setelah sekian lama bergulat dengan pembangunan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi. Bukankah infrastruktur, kekayaan dan sarana akan sirna begitu bencana akibat lingkungan melanda suatu wilayah? Bukankah akan sia-sia jika semua infrastruktur ekonomi - yang dimiliki harus hilang diterjang banjir maupun luapan air laut - yang menggenangi dan menenggelamkan Jakarta akibat efek pemanasan global ?

Semua hal menakutkan diatas tidak akan menjadi kenyataan jika kita sebagai warga masyarakat turut andil memberi konstribusi atas ancaman bencana lingkungan akibat banjir dan efek pemanasan global dengan antara lain mengelola sampah secara bijaksana, memastikan kelancaran aliran air dan sungai serta mengurangi emisi gas methan akibat dari pengelolaan secara dibakar maupun dengan penimbunan sampah tanpa pengolahan menjadi sesuatu yang berguna.
*****
Dengan semangat ikut serta menangulangi bencana lingkungan di Jakarta maupun kota lainnya, PT Cipta Visi Sinar Kencana (CVSK)- yang didukung para ahli dalam bidang mikrobiologi, teknik metalurgi dan fiber, teknik lingkungan dan sejenisnya telah lama memperkenalkan alat komposter berbagai kapasitas bagi kepentingan pengolahan sampah organik- sebagai bagian terbesar dari semua jenis sampah- menjadi kompos. Komposter Biophoskko® dirancang dan diperuntukan bagi setiap rumah tangga agar dapat mengelola sampah secara mandiri. Tersedianya komposter Biophoskko® model skala rumah tangga (household) terdiri dari komposter type ukuran S ( kaps =60 liter), komposter type ukuran M ( kaps= 100 liter) dan komposter type ukuran L ( kaps= 200 liter) dengan berbagai variasinya kini telah tersebar digunakan masyarakat - yang makin menggemarinya karena komposter ini mampu mengelola sampah secara praktis, cepat dan menghasilkan kompos bagi kepentingan pemupukan pekarangan. Tidak saja ukuran kecil- yang sejak di launching 25 Maret 2005 hingga kini sudah digunakan oleh ribuan rumah tangga, Komposter Biophoskko® juga memproduksi komposter model skala komersial dengan berbagai type antara lain Hand Rotary ( kaps= 1000 liter/ 1 m3), Rotary Klin Standar ( kaps= 4.000 liter~ 4 m3~ 1 ton), Motor Rotary Klin ( kaps= 4.000 liter~ 4 m3~ 1 ton) dan type Motor Rotary Klin Standar ( kaps= 8.000 liter~ 8 m3~ 2 ton).


Hal menggembirakan ternyata antusiasme masyarakat akan produk komposter diatas sangat besar. Dalam beberapa bulan sejak dikenalkan kepada masyarakat melalui media terbatas ( internet dan gethok tular lewat mulut kemulut), kini komposter Biophoskko® Rotary klin telah digunakan oleh banyak instansi terkait kewenangan lingkungan dan kebersihan antara lain Dinas Kebersihan Pemprov Maluku, Dinas Lingkungan Pemkab Majalengka, Dinas Bapedalda Donggala Sulawesi Tengah, PU Ciptakarya Karawang, LIPI Subang serta Pemkot Bekasi. Demikian juga kalangan swasta- dengan motiv mendapatkan keuntungan komersial, komposter model skala komersial juga telah lama digunakan di Ciparay Bandung, Surabaya, Kukje Sangyo Cilegon, Papua Irian Jaya, Petrus Kutai Barat, pengusaha perkebunan di Palembang dan segera menyusul di Balikpapan- Jakarta-Tangerang, dll - yang kini dalam proses produksi dan instalasi.

*********
Peranan pengolahan sampah menjadi kompos bagi kota besar, seperti Jakarta misal – yang telah mengalami bencana banjir besar, adalah mengurangi resiko dari tersumbatnya aliran air menuju sungai dan muara serta meningkatkan kualitas tanah agar lebih gembur dan sehingga mampu menangkap dan memperangkap air hujan. Dengan pengolahan sampah menjadi kompos juga bermanfaat dalam memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan, memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai, memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah sehingga timbulnya pori tanah tempat mengalirnya oksigen, mempertinggi daya ikat tanah akan unsur hara, memberi makanan bagi mikrobia baik bagi tanaman, menurunkan aktivitas mikroba merugikan (patogen) serta menambah daya ikat air tanah dicirikan oleh bentuk gembur dan tidak mengeras. Mengenai fungsi kompos diatas sejalan dengan ungkapan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Meneg LH), Rachmat Witoelar (Kompas, 2 Feb 2007) bahwa menurut dia, banyak pengembang yang tidak secara serius memperhatikan dampak ekologis akibat pendirian bangunan secara sembarangan. Pembangunan itu sebagian besar dilakukan di daerah-daerah resapan air, sehingga menambah volume air yang tidak terserap. "Hal itu sangat memungkinkan untuk menjadi banjir," katanya.

Soal memerangkap air di kala hujan di hulu agar tidak menjadi banjir dengan kompos, rupanya kini mendapat jodoh dengan mulai dikembangkannya inovasi teknologi IPB -yang dikenal dengan Biopori. Dalam hal memerangkap air menghindari resiko banjir, nampaknya kini Biophoskko mendapat patner baru deh.......

Selain kekurangan daerah resapan air, Rachmat juga menuding budaya hidup masyarakat yang belum menyadari arti penting hutan juga menjadi salah satu penyebab. Penggundulan hutan sudah selayaknya dihentikan untuk mengurangi bencana yang hampir setiap tahun menimpa warga Jakarta. "Kesadaran warga dalam membuang dan mengelola sampah pada tempatnya sudah selayaknya ditingkatkan untuk memperkuat usaha pengendalian banjir," ungkapnya. Nah dengan itu terdapat korelasi secara signifikan antara pengelolaan sampah menjadikannya kompos dalam ikut serta menanggulangi banjir Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar